Kamis, 22 Juli 2010

Dunia IT


Dunia informasi dan teknologi berkembang sangat cepat dan merambah ke semua sektor kehidupan. Dunia Pendidikan yang berperan mencetak manusia yang menguasai teknologi mau tidak mau terkena imbas yang sama yaitu tersentuh dengan teknologi. Pendidikan yang identik dengan sekolah dan lembaga formal memanfaatkan perkembangan teknologi dengan cara menyediakan sarana dan prasarana demi tercapainya suasana belajar dan mengajar yang kondusif.





Namun, kenyataan di lapangan belum menunjukkan gambaran yang memuaskan. Saat ini masih banyak sekolah-sekolah (terutama yang berada di daerah pedesaan) belum tersentuh teknologi, terutama komputer. Di beberapa sekolah terungkap sistem manajemen dan Tata Usaha sekolah dikerjakan dengan manual. Mesin ketik sebagai sarana pembukuan administrasi masih menjadi alat utama sementara dilain sisi teknologi komputer telah berkembang pesat dalam sistem pengleloaan manajemen dan Tata Usaha. Bahkan kini teknologi komputer didukung dengan internet yang telah menjadi jendela penghubung dunia.

Sungguh ironis ketika hibah sejuta komputer dari pemerintah jepang yang ternyata disinyalir sebagai ajang bisnis miliaran rupiah kurang didukung dengan respon dari pemerintah. Dari kasus tersebut terungkap bahwa beberapa sekolah membutuhkan sarana komputer selain sebagai sarana penertiban administrasi juga sarana belajar siswa. Karena kita telah tertinggal jauh dengan siswa di eropa yang telah menggunakan teknologi komputer beberapa puluh tahun yang lalu sebagai sarana belajarnya.

Teknologi seharusnya direspon pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional dengan menteknologikan pendidikan. Tahapan-tahapan yang dilalui memang panjang namun dengan pengalokasian dana untuk penyediaan sarana dan prasarana seperti komputer akan mendukung program ini. Dalam hali ini yang menjadi prioritas adalah sekolah-sekolah yang berada di pedesaan dimana siswanya belum pernah menyentuh bahkan melihat komputer. Program-program komputer tingkat dasar dapat dimasukkan ke dalam kurikulum nasional pada tingkatan sekolah dasar, sehingga ketika siswa melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi, tidak tertinggal dengan siswa-siswa diperkotaan yang telah mengenal komputer. Setiap kejadian pasti ada hikmahnya dan kasus hibah sejuta komputer dapat digali hiknah dan wacana yang terkandung didalamnya.

perbedaan teknologi dulu dengan sekarang



Di zaman para orang tua kita teknologinya masih belum canggih, terutama pada cara berkomunikasinya dengan keluarga, saudara, kerabat dan teman sepergaulan yang tempatnya jauh dari tempat tinggal kita sangat sulit. Biasanya orang-orang dahulu berkomunikasi dengan sangat sulit. Mereka selalu berkomunikasi dengan keluarga, kerabat, saudara, dengan teman sepermainan dengan cara menulis surat dan memasukkannya atau menaruhnya didalam botol dan dilemparkannya ke laut atau ke sungai. Bahkan yang lebih sulitnya lagi , orang-orang zaman dahulu mengikat surat di kaki burung dan berbicara dengan burung tersebut, agar di antarkan ke tempat yang ditujunya.

Berbeda dengan zaman dahulu, zaman sekarang atau zaman modern jauh lebih canggih terutama pada teknologi komunikasinya. Pada masa sekarang, setiap orang yang di tanya soal teknologi, pasti mereka sudah mengetahui teknologi macam telepon dan computer. Kegunaannya adalah, telepon sangat berguna untuk berkomunikasi dengan setiap orang yang jauh berada. Dan harga pemakaiannya dapat terjangkau (murah) dan sama halnya dengan computer. Komputer juga mempunyai kegunaan yang banyak. Mulai dari pengetika, perhitungan, dll. Serta computer bermanfaat untuk semua orang untuk menyelesaikan tugas-tugasnnya. Telepon dan komputer selain memiliki kegunaan juga memiliki kekurangan salah satunya yaitu tidak dapat dibawa kemana-mana karena ukurannya yang besar.

Dibandingkan dengan zaman dahulu dengan zaman sekarang, zaman sekarang sudah lebih canggih, baik dilihat dari sisi manapun. Yaitu alat komunikasinya yang lebih canggih dari sebelumnya.
Di zaman orang tua kita alat komunikasinya menggunakan surat menyurat dan dikirim melalui pos, sedangkan pada zaman sekarang kita dapat dengan mudahnya berkomunikasi dengan menggunakan handphone.
Handphone berguna untuk berkomunikasi yang kegunaannya sangat dinikmati karena kita dapat berkomunikasi dengan orang yang kita tuju tanpa berharap atau cemas orang yang kita tuju dapat membalasnya atau tidak
Perbedaannya terlihat sangat jelas sekali. Apakah anda pernah bertanya kepada ayah dan ibumu,bagaimana mereka waktu berpacaran dahulu? Mereka pasti akan mengatakan mereka berkomunikasi dengan mengirim surat dan menulis kata-kata romantis dengan syair yang berlebihan (lebay). Sedangkan dengan memiliki handphone kita berkontekan dengan cara mengirim SMS kepada pacar kita dan kepada siapa saja yang ingin dihubungi,selain itu bentuknya yang kecil mudah dibawa kemana saja dan dapat memudahkan kita melakukan sesuat (berkomunikasi)

Teknologi sekarang sudah sangat canggih. Alat –alat komunikasinya bahkan sudah sangat-sangat canggih.
Sekarang kita sudah dapat berkomunikasih dengan orang banyak dimana saja kita berada, kepada siapa saja,dan dimanapun kita berada.Alat-alat komunikasinya yang sudah sangat canggih seperti Laptop dan Hp3G.
Laptop merupakan alat komunikasi yang sudah sangat canggihlaptop bisa di bawah kemana saja karena ukurannya yang kebih kecil dibandingkan computer yang dapat disimpan didalam tas atau ransel. Dengan memiliki dan dismbung dengan modem kita sudah dapat internetan dan membuka situs-situs yang kita inginkan.
Kegunaan Laptop sudah sangat membantu, selain cara berkomunikasinya yang mudah kita juga dapat dibantu untuk mengerjakan pekerjaan –pekerjaan yang sulit dan mendapatkannya dengan mudah. Apabila ada pekerjaan kita yang mendadak di tempat kerja, kita dapat langsung mengerjakannya tanpa harus kerumah terlebih dahulu untuk mengerjakannya karena laptop dapat dibawa kemana saja.
Selain laptop, alat komunikasi yang juga sudah sangat canggih yaitu Hp.3G. handphone 3G dikatakan sudah sangat canggih karena kita dapat berkomunikasi dengan bertatap muka walaupun orang yang kita tuju berjauhan dengan kita. Orang yang kita hubungi bisa kita lihat langsung melalui layer Hp.3G, dengan begitu kita bisa mengetahui keadaan fisik orang itu sendiri

Dunia IT

Dunia informasi dan teknologi berkembang sangat cepat dan merambah ke semua sektor kehidupan. Dunia Pendidikan yang berperan mencetak manusia yang menguasai teknologi mau tidak mau terkena imbas yang sama yaitu tersentuh dengan teknologi. Pendidikan yang identik dengan sekolah dan lembaga formal memanfaatkan perkembangan teknologi dengan cara menyediakan sarana dan prasarana demi tercapainya suasana belajar dan mengajar yang kondusif.





Namun, kenyataan di lapangan belum menunjukkan gambaran yang memuaskan. Saat ini masih banyak sekolah-sekolah (terutama yang berada di daerah pedesaan) belum tersentuh teknologi, terutama komputer. Di beberapa sekolah terungkap sistem manajemen dan Tata Usaha sekolah dikerjakan dengan manual. Mesin ketik sebagai sarana pembukuan administrasi masih menjadi alat utama sementara dilain sisi teknologi komputer telah berkembang pesat dalam sistem pengleloaan manajemen dan Tata Usaha. Bahkan kini teknologi komputer didukung dengan internet yang telah menjadi jendela penghubung dunia.

Sungguh ironis ketika hibah sejuta komputer dari pemerintah jepang yang ternyata disinyalir sebagai ajang bisnis miliaran rupiah kurang didukung dengan respon dari pemerintah. Dari kasus tersebut terungkap bahwa beberapa sekolah membutuhkan sarana komputer selain sebagai sarana penertiban administrasi juga sarana belajar siswa. Karena kita telah tertinggal jauh dengan siswa di eropa yang telah menggunakan teknologi komputer beberapa puluh tahun yang lalu sebagai sarana belajarnya.

Teknologi seharusnya direspon pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional dengan menteknologikan pendidikan. Tahapan-tahapan yang dilalui memang panjang namun dengan pengalokasian dana untuk penyediaan sarana dan prasarana seperti komputer akan mendukung program ini. Dalam hali ini yang menjadi prioritas adalah sekolah-sekolah yang berada di pedesaan dimana siswanya belum pernah menyentuh bahkan melihat komputer. Program-program komputer tingkat dasar dapat dimasukkan ke dalam kurikulum nasional pada tingkatan sekolah dasar, sehingga ketika siswa melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi, tidak tertinggal dengan siswa-siswa diperkotaan yang telah mengenal komputer. Setiap kejadian pasti ada hikmahnya dan kasus hibah sejuta komputer dapat digali hiknah dan wacana yang terkandung didalamnya.

MENJADI HACKER ATAU CRACKER ?

Ketika saya membaca sebuah tulisan tentang hacker dan cracker, beberapa hari yang lalu, saya tersadarkan akan kesalahan penafsiran saya pada dua istilah tersebut dalam dunia cyberspace. Awalnya saya beranggapan bahwa hacker adalah cracker itu sendiri. Atau sama-sama mengusung sebuah "penamaan" untuk membobol mekanisme dan kinerja komputer orang lain. Hal itu pula lah yang kemudian menggiring kesadaran saya untuk mencoba berselancar di dalam internet selama berjam-jam, mengeprin beberapa naskah yang berkaitan dengan itu dan mencoba berkomunikasi dengan orang lain dalam arena chating.

Satu pertanyaan yang saya ajukan pada mereka adalah, apa itu hacker? Dan tragisnya, apa yang mereka jawab hampir sama dengan apa yang saya miliki, yakni seorang hacker adalah penyusup yang sengaja masuk pada jaringan komputer milik orang lain secara ilegal dan "mengacak-ngacak" dokumen didalamnya. Lalu apa itu cracker? Jawabannya pun nyaris sama. Intinya, baik hacker maupun cracker adalah para penyusup yang harus di waspadai keberadaanya. Kalau kedua istilah itu punya arti yang sama, maka pasti ada yang salah dengan pendefinisian keduanya.

Lalu, dimana letak kesalahan dari pendefinisian kedua istilah yang kerap hinggap ditelinga kita ini? Apalagi semenjak ada kabar bahwa "KPU-online" dibobol oleh para "hacker" beberapa bulan kebelakang. Benarkah itu adalah pekerjaan seorang hacker? Atau pekerjaan seorang cracker?

Tulisan ini mencoba menjawab dua istilah yang tidak asing ditelinga kita tersebut dengan wacana seorang pembelajar murni. Artinya, saya bukan dari kedua golongan tadi. Walaupun pada akhirnya menjadi tertarik untuk sekedar tahu aktifitas mereka (para hacker & cracker) sebagai satu ilmu yang menarik dalam dunia IT beberapa tahun ini.

PERSOALAN DASAR

Hacker dalam tulisan Eric Steven Raymond adalah " there is a community, a shared culture, of expert programmers and networking wizards that its history back trough decades to the firs time-sharing minicomputers and the earliesr ARPAnet experiment"

Dengan kata lain, Raymon mengatakan, "the members of this culture originated the term 'hacker'". Para hackerlah yang kemudian memperkenalkan internet, membuat program sistem operasi UNIX hingga bisa digunakan saat ini. Dan para hacker pula lah yang telah berjasa dalam menjalankan World Wide Web sehingga dapat dinikmati oleh semua orang di seluruh dunia di belahan manapun dia berada asal terkoneksi pada internet.

Lebih lanjut Raymon mengatakan " jika anda berada pada komunitas ini dan jika anda memiliki konstribusi didalamnya, dan kemudian orang mengenal anda sebagai hacker, maka anda adalah seorang hacker".

Sekilas dari pandangan Raymon kita dapat satu definisi bahwa seorang hacker bukanlah orang yang jahat seperti yang kita pikirkan selama ini. Ya, jika mereka memang bisa masuk kedalam komputer kita (malalui jaringan internet) karena mereka bisa menguasai ilmunya. Namun jika ada orang yang kemudian masuk secara ilegal kedalam komputer kita dan kemudian "mencuri dan mengacak-ngacak" data kita, mereka adalah CRACKER. Dan bisa jadi mereka adalah seorang hacker dalam dunia yang berbeda. Dengan kata lin, mereka semua adalah para ahli dalam hal teknologi informasi ini dan berkecimpung serius didalamnya.

Namun untuk menghindari kerancuan, maka sebuah kata kunci dalam masalah ini, menurut Raymon adalah perbedaan antara keduanya; seorang Hacker adalah dia yang membangun sistem, sementara seorang Cracker malah "menghancurkannya". (How to become a hacker, Eric S. Raymond, 2001).

Kapan istilah hacker menjadi trend sebagai sebuah kejahatan yang menakutkan? Tidak lain karena "dosa" pakar film di hollywood yang membiaskan istilah hacker dan cracker ini. Banyak film yang mengangkat tema hacker dalam sebuah bentuk "penghancuran sistem informasi " yang seharusnya makna itu diterapkan pada seorang cracker.

Sebut misalnya film the Net (1995), Take Down(1999). Film tersebut mengangkat tema hacker untuk menyebut cracker.

Dan dari kesalah penafsiran tadi, hingga kini pun istilah hacker masih dibiaskan dengan istilah cracker. Kerancuan itu tidak hanya terjadi di Indonesia saja, bahkan di luar negeripun pandangan terhadap keduanya sama seperti itu.

Terminologi hacker muncul pada awal tahun 1960-an diantara anggota organisasi mahasiswa Tech Model Railroad club di Lab Kecerdasan Artifisial Masschusetts Institute Of Teknology (MIT). Istilah hacker awalnya bermakna positif untukmenyebut seorang anggota yang memiliki keahlian dalam bidang komputer dan mampu membuat progranm komputer dengan lebih baik ketimbang yang ada sebelumnya (Memahmi karakteristik Komunitas Hacker: Studi Kasus pada Komunitas Hacker Indonesia, Donny B.U, M.Si)

MENJADI HACKER

Mungkin sekilas tentang definisi di atas cukup untuk membatasi sejauhmana peranan seorang hacker dan cracker itu. Tulisan ini tidak akan mengangkat sejarah hacker dan awal mula kerancuannya. Namun lebih menitik beratkan pada bagaimana seandainya kita belajar menjadi hacker. Atau lebih spesifik, bisakah kita menjadi seorang hacker?

Dalam tulisan How to Become a Hacker, Eric Steven Raymon mengatakan bahwa menjadi hacker tidaklah segampang yang dikira. Langkah awal untuk menjadi seorang hacker haruslah menguasai minimal 5 bahasa pemrograman yang ada. Ia menyebut bahasa pemrograman C/C++, Java, Perl, Phyton & LISP. Selain itu mampu berinteraksi dengan program HTML untuk dapat membangun komunikasi dengan jaringan internet. Semua dasar diatas adalah ilmu yang "wajib" dimiliki jika kita memang berminat untuk menjadi seorang hacker sejati. Karena pada dasarnya menjadi Hacker adalah penguasaan terhadap membaca dan menulis kode.

Kenapa kode? Karena memang komputer yang kita jalankan setiap hari pada intinya adalah terdiri dari berbagai kode instruksi yang cukup rumit.

Selain penguasaan terhadap bahasa pemrograman diatas, kita pun harus punya bekal yang cukup dalam berbahasa inggris untuk dapat saling bertukar pikiran dengan komunitas hacker dari seluruh dunia. Ini tidak dilarang karena pada umumnya, mereka (anggota komunitas tersebut) memiliki kode etik tersendiri tentang open-source atau kode-kode program yang boleh dibuka dan diutak atik oleh orang lain. Contoh, kode-kode Linux yang marak di perkenalkan baru-baru ini memiliki konsep open source dan karenanya bisa dimiliki oleh khalayak ramai dengan sebutan free software.

Kembali pada persoalan diatas, menjadi seorang hacker untuk tujuan saling berbagi ilmu dalam teknologi informasi ini, atau dalam arti yang lebih luas untuk memudahkan pemakai komputer pada masa yang akan datang, bukanlah hal harus ditakuti. Sebaliknya, ilmu tersebut harus diterjemahkan dan sama-sama digali sehingga menjadi bagian terintegral dalam memahami lika-liku dunia cyber. Asal saja kita tidak terjebak pada prilaku yang negatif sehingga menjadi seorang cracker yang membobol sitem rahasia orang lain.

AWAL SEBUAH PERJUANGAN

Ketika kita meniatkan diri untuk lebih akrab dengan dunia hacker, maka selain beberapa bekal yang disebutkan diatas, penguasaan bahasa pemrograman, html dan bahasa inggris, nampaknya niat tersebut harus juga dilengkapi dengan satu sikap mendasar tentang orientasi dan tujuan awal kita menjadi seorang hacker. Alih-alih menjadi seorang pakar pemrograman yang baik, jika tidak benar malah bisa terjebak pada prilaku negativ yang tidak hanya merugikan orang lain tapi merugikan diri sendiri. Konon, jika seandainya saja anda menjadi seorang cracker dan anda dikenal suka membuka rahasia orang lain, maka, jangan harap anda dapat dengan mudah berjalan-jalan kemanca negara. Karena, kata beberapa sumber, nama anda sudah di "black list" sebagai penjahat cyber?

Di sisi ini menarik untuk di simak, satu sisi, kita butuh teknologi canggih yang kerap bermunculan dalam hitungan detik, sisi lain ada kehawatiran takut terjebak pada pola "nyeleneh" yang berakibat patal. Namun demikian, sebagai satu sikap, kita berpijak pada satu kesepakatan, bahwa mempelajari bahasa-bahasa yang ditawarkan oleh Eric Steven Raymon diatas, adalah hal yang baik. Karena dengan mempelajarinya, kita minimal dapat mendapat solusi untuk membuat program yang berguna bagi orang lain. Dan jika ini dilakukan, percayalah, anda adalah seorang hacker.